Translate

Kamis, 04 Juni 2015

PEMBERONTAKAN PETA DI CILACAP

Tentara PETA (Pembela Tanah Air)

Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa semboyan yang simpatik yaitu membebaskan bangsa Asia dari penjajahan bangsa-bangsa barat, tetapi beberapa saat setelah kedatangannya sudah dapat dirasakan bahwa segala semboyan itu hanya omong kosong belaka. Mereka dirasakan mulai menindas rakyat Indonesia. Tata kehidupan rakyat beserta berbagai norma tidak dihormati bahkan diinjak-injak. Tindakan itu akhirnya menimbulkan berbagai perlawanan rakyat yang akhirnya memuncak pada pemberontakan bersenjata.

Pemberontakan bersenjata terjadi di beberapa daerah yaitu pemberontakan di Aceh, Pemberotakan PETA di Blitar, dan Perlawanan di Singaparna Jawa Barat. Selain pemberontakan bersenjata di daerah-daerah tersebut Pemberontakan PETA juga berlangsung di Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 20-25 april 1945. Pemberontakan dilakukan oleh para bundancho (komandan regu) dan giyuhei (prajurit) dari sebuah kompi PETA yang berkedudukan di desa Gumilir Cilacap. Pemimpin pemberontakan adalah seorang Heiki Bundancho (komandan regu bagian peralatan dan persenjataan) bernama Kusaeri.

Sebagai upaya menyusun kekuatan, Kusaeri melakukan penggalangan kekuatan ke dalam dan ke luar. Ke dalam, Ia berusaha mendekati teman-temannya sesama bundancho, seperti : Sarjono, Sarjono K., Darman, Sukir, Jemiran, Mardiono, Marsan, Masirun, Anwari, Suwab, Sangin, Suparno, Udi, dan Wiryosukarto. Ke luar, Ia berhasil menghimpun dukungan dari Syudancho Sudarwo, Shikihancho Achmadi, dan Keiri Bundancho Subagyo, yang berasal dari markas batalyon PETA Cilacap.
Pada malam hari tanggal 20 April 1945, setelah berhasil menaklukan petugas piket dan mengembil seluruh persenjataan di gudang, Kusaeri dan teman-temannya berangkat dari markas kompi menuju sasaran penyerangan yaitu sebuah markas Keibitai (penjagaan pantai) yang terletak di  sekitar Bukit Srandil. Targetnya, setelah markas tersebut dikuasai, Kusaeri bermaksud mengajak batalyon PETA Kroya yang dipimpin Daidancho Sudirman (kemudian jadi Panglima Besar TKR) untuk bergabung dan melakukan pemberontakan yang lebih besar.
Daidancho Sudirman

            Namun karena rencana telah bocor, sebelum para pemberontak mencapai sasaran, pasukan Jepang telah menghadang di daerah Adipala. Terjadilah pertempuran sengit antara kedua belah pihak. Para pemberontak tercerai berai dan kemudian berhasil ditangkap setelah beberapa hari bersembunyi. Akhirnya, Kusaeri dan 18 orang pemberontak lainnya dibawa ke Jakarta untuk diajukan ke pengadilan militer.

Anggota PETA diadili di pengadilan militer Jakarta



Sumber : 
Buku IPS Terpadu 

8 komentar: